• 34ºc, Sunny
  • Tuesday, 18th June, 2019

Siapa yang Menemukan Vaksin Rabies? Ini Sejarahnya

Tahukah kamu apa itu penyakit rabies? Rabies adalah salah satu penyakit zoonosis, yaitu penyakit yang menular dari hewan ke manusia. Rabies disebabkan oleh virus Lyssavirus dari golongan Rhabdoviridae. Penularan penyakit rabies ini umumnya masuk ke tubuh manusia melalui cakaran, gigitan hewan yang terinfeksi virus, serta jilatan hewan yang terinfeksi ke mulut, mata atau luka terbuka. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya penyakit rabies, yaitu dengan suntikan vaksin. Siapa yang menemukan vaksin rabies ?

Di Indonesia sendiri, kasus penularan rabies hingga kini telah mencapai 31.113 kasus seperti yang dilansir dari laman Kemenkes. Rabies merupakan salah satu penyakit yang belum ditemukan obatnya. Bisa dikatakan, jika penyakit ini sulit untuk disembuhkan. Bahkan, pasien yang menunjukkan gejala penyakit ini kemungkinan besar akan berakhir pada kematian. Seperti yang sudah dijelasakan dii atas, salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan memberikan vaksin. Jika Anda digigit hewan yang berpotensi rabies, disarankan untuk segera melakukan vaksinasi rabies demi mencegah penyakit ini.

Siapa yang Menemukan Vaksin Rabies?

Orang pertama yang menemukan dan mengembangkan vaksin rabies adalah seorang ilmuwan asal Prancis yang bernama Louis Pasteur.

Vaksin rabies ini pertama kai diujicobakan untuk manusia pada 6 Juli 1885. Saat itu, Pasteur menyuntikkan 14 dosis pertama suspensi sumsum tulang belakang kelinci yang mengandung virus rabies. Virus rabies tersebut tentunya sudah dinonaktifkan atau dilemahkan.

Siapa yang menemukan vaksin rabies ? Untuk pertama kalinya, Pasteur menyuntikkan pada bocah berusia 9 tahun yang bernama Joseph Meister yang sudah digigit oleh anjing rabies dua hari sebelumnya.

Hal inilah yang menjadi awal era imunisasi modern. Sebelum melakukan hal tersebut, Pateur telah melakukan penelitian secara intensif terlebih dahulu selama 4 bulan. Usaha yang dilakukan Pasteur ini pun tak sia-sia. Penemuannya tersebut berhasil menyelamatkan bocah tersebut dari kematian.

Siapa yang menemukan vaksin rabies? Louis Pasteur telah berhasil menemukan vaksin rabies. Sejak saat itu, imunisasi rabies diadopsi di seluruh dunia. Pasteur mengembangkan vaksin tersebut berdasarkan vaksin jaringan otak dengan tambahan formaldehida.

Setelah penemuan Pasteur tersebut, ada beberapa ilmuwan dari Amerika Serikat dan negara maju lainnya yang  mengembangkan vaksin rabies berbasis kultur sel yang lebih kuat, lebih aman, tetapi sangat mahal dikombinasikan dengan globulin hiperimun. Kemudian muncul vaksin rabies yang dikembangkan dengan penerapan praktis teknologi asam rekombinan-deoksiribonukleat (DNA) dan manipulasi genetik baru lainnya dari rabies serta virus dan mikroorganisme lainnya.

Teknologi baru ini menjanjikan vaksin yang lebih efektif dan lebih aman, serta biaya yang sangat rendah dan stabilitas yang lebih baik.

Sejarah Penemuan Vaksin Rabies

Siapa yang pertama kali menemukan vaksin rabies? Pada tahun 1879, Pasteur memulai penelitian vaksin rabies pada kolera ayam. Ia menyakini bahwa telah berhasil mengisolasi patogen penyebab kolera pada ayam.

Selama pengujian, Pasteur memerintahkan muridnya untuk menyuntikkan berbagai jenis unggas pada waktu tertentu, dan meninggalkan penelitiannya sementara. Setelah itu, sejumlah patogen penyebab kolera secara tidak sengaja dibiarkan mengering. Mengejutkannya, para muridnya menemukan bahwa ayam yang diberi patogen yang telah rusak itu justru tidak terkena kolera.

Beberapa hari kemudian, siapa yang menemukan vaksin rabies? Pasteur mengamati bahwa ayam yang diberi patogen yang telah 'rusak' tersebut tidak menunjukkan tanda-tanda terinfeksi. Bakteri yang dilemahkan di laboratorium lalu disuntikkan ke ayam sehat membantu sistem kekebalan pada ayam mengenali bakteri saat terjadi infeksi tanpa membuatnya terkena penyakit. Meski teknik melemahkan mikroorganisme penyebab penyakit untuk membentuk kekebalan sudah cukup terkenal pada waktu itu, tetapi Pasteur merupakan yang pertama yang melaksanakan proses ini. Hingga kemudian, metode ini pun diadopsi oleh para ahli virus di seluruh dunia.

Setelah berhasil dengan penemuan-penemuan sebelumnya, pada tahun 1882, Louis Pasteur mulai menangani penyakit rabies dengan melakukan penelitian mengenai vaksin rabies.

Virus rabies dapat menular melalui kontak dengan cairan tubuh korban yang terinfeksi, termasuk air liur hewan yang telah terjangkit. Seperti yang diketahui, gigitan hewan yang terkena rabies sangat berbahaya dan seringkali berakibat fatal. Berdasarkan pertimbangan ini, Pasteur memeriksa air liur dan jaringan hewan yang terkena rabies, namun tidak berhasil menemukan mikroorganisme yang menjadi penyebab penyakit tersebut.

Untuk melanjutkan penelitiannya, Pasteur memerlukan sampel eksperimen yang telah terkontaminasi. Oleh karena itu, dia meminta beberapa orang untuk memberikannya seekor anjing yang menderita rabies. Setelah mendapat anjing tersebut, dia membuka mulutnya secara paksa untuk mengumpulkan air liur yang telah terkontaminasi virus ke dalam sebuah botol. Sayangnya, menyuntikkan air liur dari hewan yang terjangkiti tersebut tidak menginduksi rabies secara signifikan pada hewan yang diujinya.

Melalui penelitian dan eksperimen yang mendalam, Siapa yang menemukan vaksin rabies? Pasteur menemukan penyebab di sumsum tulang belakang dan otak korban. Pasteur yakin bahwa vaksinasi dengan melemahkan penyakit yang disebabkan oleh virus, diikuti dengan perawatan yang lebih ketat, secara progresif akan membantu membangun sistem kekebalan tubuh. Menariknya, melalui bantuan asistennya yang menemukan botol khusus untuk mengeringkan jaringan yang terinfeksi, Louis Pasteur akhirnya menyadari bahwa semakin lama sumber infeksi mengering, semakin kecil kemungkinan rabies akan menyebar saat disuntikkan. Setelah serangkaian percobaan suntikan rabies yang semakin kuat diberikan kepada anjing selama 12 hari, dia menyuntikkan ekstrak rabies langsung ke otak anjing. Hasilnya, semua anjing yang disuntik tidak mengalami rabies.

Namun, ketika Pasteur memindahkan virus dari anjing yang terinfeksi ke kelinci, virus tersebut menjadi tidak berbahaya ketika menular ke tubuh manusia karena telah melewati beberapa spesies lainnya. Metode ini berhasil melemahkan virus untuk membentuk kekebalan. Saat vaksin penemuannya disuntikkan ke Meister, seorang anak laki-laki, dia tidak lagi menunjukkan gejala rabies. Setelah memulai perawatan pada anak-anak lainnya pada bulan Oktober 1885, Pasteur menyatakan bahwa penemuan vaksin tersebut berhasil di hadapan Akademi Kedokteran Nasional Prancis. Kabar tentang penemuan vaksin rabies ini pun menjadi berita internasional, bahkan pasien dari Amerika Serikat pergi langsung ke Eropa untuk menerima pengobatan yang telah ditemukan oleh Pasteur.

Seiring berjalannya waktu, Pasteur mengembangkan aturan terkait vaksinasi yang efektif untuk melindungi hewan dari penularan penyakit ini, serta untuk mencegah rabies. Hampir satu abad kemudian, yakni pada tahun 1970-an, catatan laboratorium Pasteur yang dimiliki oleh ahli warisnya dipublikasikan. Mereka mengungkapkan perbedaan yang mengejutkan antara penelitian Pasteur dan klaimnya tentang pengujian vaksin pada anjing. Dalam catatan tersebut ditemukan bahwa pengobatan yang diberikan kepada Meister dibuat menggunakan metode yang berbeda dan belum diuji pada hewan. Pada tahun 1888, Institut Pasteur dibuka sebagai tempat penelitian penyakit menular dan pengembangan vaksin. Siapa yang menemukan vaksin rabies ? Louis Pasteur pun dikenang sebagai ilmuwan revolusioner dan ahli yang hebat.

Cara Kerja Vaksin Rabies

Seperti yang sudah kita ketahui siapa yang menemukan vaksin rabies adalah Louis Pasteur. Vaksin rabies ini bisa diberikan ketika manusia mendapatkan gigitan dari hewan yang mengidap rabies.

Vaksin ini bekerja dengan memicu sistem kekebalan tubuh Anda untuk menghasilkan antibodi. Antibodi ini dapat mengenali virus lalu menghancurkannya.

Vaksin rabies juga dapat mencegah Anda terkena virus, jika Anda menerimanya sesegera mungkin. Idealnya pemberian vaksin ini 1 hingga 2 hari setelah terpapar.

Masa inkubasi virus ini biasanya berkisar dari beberapa hari hingga beberapa bulan. Selama inkubasi tersebut, Anda tidak akan mengalami gejala karena virus tersebut belum mencapai otak Anda. Begitu virus mencapai otak dan gejala berkembang, maka vaksin tidak dapat lagi memberikan perlindungan.

Nah, gimana sudah tahukan siapa yang menemukan vaksin rabies? Semoga informasi ini bermanfaat buat kamu, ya.